Mata belum bisa tertutup, tangan dingin, sunyi dan gelap sampai terdengar detak jantung yang cepat sepertinya aku kenal rasa ini. Ini rasa menahan amarah.
Pecah sudah....ibarat membawa air di gelas kaca, airnya penuh, benar-benar dijaga agar tak tumpah. Sesekali keluar dari wadahnya karena terlalu cepat berjalan atau menaiki tanjakan. Sesekali ada rintangan, tersandung batu atau gundukan. Kemana air nak dibawa tentulah tau, tapi ntah kapan sampainya belum terlihat lagi ujungnya. Manusia hanya bisa berencana, Allah yang kemudian menentukan apakah memberikan kita waktu sejenak untuk beristirahat atau bisa jadi dihentikan.
Akhir belakangan ini, sungguh merasa sedang diuji, ketika bersuara lantang bahwa akan berusaha menjaga air ini tak tumpah maka disitulah ujiannya. Diuji di titik terlemah, beberapa kali hampir terjatuh, tapi masih bertahan. Sampai kemarin malam, bukan menyerah untuk bertahan, dorongan itu begitu kuat, sehingga jatuh tersungkur. Wadahnya pecah sudah, berkeping, air mengalir entah kemana.
Pecah sudah...terus meratapi pecahan? Tak ada waktu istirahat, segera mengumpulkan pecahannya, masih rapuh? Tentu saja, sangat rapuh. Terus berjalan kembali, berharap ada mata air di sepanjang jalan ke depan. Pecah lah sudah....
Dear ima....
kalau tidak bisa merubah kondisi kembali seperti semula, maka berusaha keraslah beradaptasi dengan keadaan sebenarnya, jangan berandai-andai kalau ia tak pecah, karena sejatinya ia sudah pecah ^^.
Kamis, 14 Maret 2013
Pecahlah Sudah
Rabu, 13 Maret 2013
Mimpi Itu Semangat Hidup
Mengistirahatkan kaki sejenak di kapal pinang menuju batam setelah mempercepat langkah agar tak tertinggal. Saat ini, jadi rutinitas batam-pinang (PP), lewati darat dan laut untuk sampai ke kampus tercinta UMRAH (Universitas Maritim Raja Ali Haji). Perjalanan ke kampus pun penuh perjuangan, jalanan berbatu, sampai saat menulis ini masih terasa panasnya bebatuan tadi siang. Kalaulah hidup itu tanpa ada rintangan kira-kira seperti apa jadinya.
Selalu saja ada rintangan di setiap episode kehidupan. Ketika ada rintangan kenapa terus berjalan dan tidak berhenti? Karena masih ada impian besar di depan sana tak berwujud saat ini yang sedang menunggu diraih dan kita yakin bisa mengatasinya. Kalau bukan kita yang raih, maka menjadi milik orang lain.
Cukuplah pelajaran hidup sebelumnya, jangan dilewatkan lagi. Impian yang memberi semangat hidup untuk terus bergerak dan berusaha sampai Allah yang menghentikannya. Peluh keringat ini tidak akan sia-sia. Teringat nasehat bapak, ketika mengeluh sambil menangis, kata bapak : "kamu minta baju sama Allah, dikasi, tapi agar nyaman dipakai kamu harus setrika, dikasi pewangi, semua harus diusahakan".
Mungkin hari ini, baru mulai mimpi itu, kalau kemaren masih nyicil beli material, maka sekarang sedang menyusun pondasi. Jadi ingat keinginan waktu itu, ingin membangun daerah, kalau yang lain tinggal naik kereta tercepat, maka saya baru membangun rel-nya. It happends to me ^^, just enjoy it coz dream comes true.
Ketika semangat hidup itu meredup, maka usaha untuk hidupkan kembali lagi mimpi, cita dan cinta itu.
"Senja di MV. Baruna"
Senin, 11 Maret 2013
Dibakar Hingga ke Akar
Ini hidup...
Ada rasa sedih, senang, bahagia , suka cita, cinta, kecewa dan rasa lainnya.
Ini hidup...
Ada saat dimana ingin mengabaikan, tapi tak bisa.
Ada saat dimana ekspresi wajahmu tak mewakili gemuruh hati mu.
Ini hidup...
Dengan segala hal di dalamnya.
Ada saat dimana engkau merasa tak dapat lagi berkata.
Saat dimana tak tau ekspresi mana yang dapat mewakilkan rasa.
Ini hidup...
Saat dimana kosong, tak lagi ada kata.
Untaian do'a, kelu di lidah tak teruntai sudah, kemana arah,
Kalaupun masih ada,ia hanya secercah harapan lewat do'a.
Tapi harap itu dibakar sampai ke akar.
Menangis tanpa suara dan air mata.
Dan itulah hidup.
*Diantara tumpukan silabus