Sore ini...trip rutin ke Tanjung Pinang, saya lupa tidak mengantongi buku. Daripada termenung, utak atik gadget kemudian lihat foto velly, anak kucing yang aktif sekali, hewan peliharaan mamak di rumah. Dulu, waktu lahir dari ketiga saudaranya, ia paling tak menarik, warnanya hitam dominan dan campur totolan kuning. Dulu, saya tak berkenan memegang, tapi sekarang semua keluarga saya jadi sayang. Velly jadi kucing kecil aktif, dengan bulu yang halus, mata berbinar-binar, menarik perhatian dengan membesarkan badannya ketika bertengkar dengan saudaranya.
Velly yang lucu, yang suka lari kanan kiri, kadang terbelit dengan kabel charger hp yang bergelantungan antara meja dan tempat tidur.
Dari Velly, sore ini aku belajar tentang rasa, terinspirasi juga dengan tulisan Darwis Tere Liye, bahwa perasaan itu tak sesederhana kalkulator, dan tak sepasti ilmu matematika. Hari ini engkau bilang tak suka, belum tentu esok hari dan minggu depannya, begitu juga sebaliknya. Perasaan berubah begitu cepat, lebih cepat dari mendung ke hujan dan tiba-tiba terang. Perasaan tak sepasti ilmu biologi, ketika seorang istri bergolongan darah O dan suami bergolongan darah O maka anakpun pasti bergolongan darah O. Tapi beda dengan rasa, benci ketemu benci belum tentu berpisah kalau jodoh, cinta bertemu cinta juga belum tentu bersatu kalau tak berjodoh (Tere Liye).
Angka 6 dikurangi 1 dalam teori rasa belum tentu jadi 5, angka 6 dikurangi 6 belum tentu 0. Perasaan, dipaksa hilang dan dienyahkan malah tumbuh tak berbilang. Berdamailah...karena ini hanya perkara waktu, untuk meyakinkan kembali apakah perasaan ini harus diperjuangkan atau sekedar angin lalu. Bersabar dan menikmati setiap detik kehidupan dengan segala hikmahnya. Bak, Velly, tetap saja hidup dan bermain walau dulu sedikit yang melirik dan sayang. Kalah sama kucing kecil? ^^
Hei...masjid megah dompak sudah kelihatan, artinya "Selamat Datang di Tanjung Pinang".
Waktunya memastikan barang bawaan karena sebentar lagi kapal merapat.
*Senja Pinang 230413 17.40 PM