Pembangunan di suatu daerah tidak lepas dari perencanaan anggaran yang terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran pembiayaan dan anggaran belanja daerah. Akhir tahun seperti ini, merupakan jadwal yang sibuk bagi seluruh para pemegang kepentingan, hilir mudik terkait anggaran. Kegiatan untuk menganggarkan program dan kegiatan pada tahun anggaran berikutnya, maupun kegiatan menghabiskan anggaran pada tahun anggaran berjalan.
Kenapa hingar bingar? karena terkadang rapat disertai dengan "teriakan" atas nama rakyat atau bisa jadi perang media ketika kalah dalam negosiasi dalam forum formal yang telah disediakan. Suara kebenaran dalam sistem demokrasi di negeri kita tercinta ini, belum tentu terletak pada suara terbanyak. Yang terbanyak itulah kadang tujuannya lebih pragmatis dan oportunis, karena kondisi memaksa hal tersebut.
Begitu juga dengan penyusunan anggaran, dalam hal ini APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), sistem perencanaannya bukan hanya dengan pola Top Down tetapi dikombinasikan dengan pola bottom up. Artinya masyarakat diberikan peluang sebesar-besarnya untuk mengambil peran dalam perencanaan anggaran dalam bentuk usulan program dan kegiatan. Sebutlah berbagai forum yang disediakan, Musrenbang maupun usulan yang masuk melalui Reses Dewan. Program dan kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat-pun tak jauh dari kehidupan, jalang berlubang, gorong-gorong dan drainase yang sangat menolong ketika hujan datang, pembangunan tempat ibadah dimana mereka bisa aktualisasi diri secara vertikal maupun horizontal, tak jauh usulan itu dari kebutuhan riil mereka.
Atas nama rakyat semua program dan kegaiatan diusulkan, pernyataan politik dengan segala kebenarannya disuarakan tetapi jarang bisa dibuktikan (Aksioma Politik Anggaran) dalam dokumen anggaran yang nantinya akan disahkan. Kalaulah itu program dan kegiatan yang diusulkan merupakan murni dari masyarakat dan memperjuangkan kebutuhan masyarakat, komitmen politik menuju 2014-lah yang selanjutnya diminta dari perwakilan masyarakat terhadap para konstituen. Tidak semua proses penyusunan anggaran seperti itu, tapi hanya sedikit yang tidak seperti itu.
Sebutlah, ketika ada kisah penyusunan APBD 2014 di suatu negeri antah berantah, belanja modal dikalahkan dengan besarnya belanja pegawai (belanja rutin). Siapakah kemudian yang dimenangkan? Belanja modal yang kembali kepada masyarakat ataukah belanja rutin yang kembali kepada belanja pegawai? Teorinya minimal imbang atau lebih besar belanja modal, tapi tidak demikian kebenarannya.
Masih hingar-bingar di luaran sana tentang anggaran, bersamaan dengan derasnya suara hujan, semoga Allah tetap berkenan menurunkan keberkahan dan menjaga mereka yang tetap dalam perjuangan dan niat baiknya selalu dalam penjagaan, aminn.